BK PERKEMBANGAN PERKEMBANGAN GERAKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
1.
Sekilas Sejarah Bimbingan dan Konseling
Seratus
tahun lebih sudah bimbingn dan konseling ikut berperan serta dalam mensukseskan pendidikan, terutama di
Amerika Serikat. Hal ini berawal dari upaya Jesse B. Davis yang menyediakan program bimbingan tersistematis di
sekolah di saat ia menjadi kepala sekolah SLTA pada tahun 1907. Davis mendorong
guru di sekolahnya untuk mengkaitkan pelajaran dengan minat karier,
mengembangkan karakter serta menghindarkan masalah dari siswa. Sejalan dengan
upaya tersebut, Frank Parson (atau
dikenal juga sebagai Bapak Bimbingan Kejuruan) mendirikan Biro Bimbingan dan
Kejuruan. Biro ini membantu siswa/ para remaja dalam menjalani masa peralihan
dari sekolah ke dunia kerja .
Bimbingan
dan Penyuluhan yang lebih dikenal dengan Bimbingan dan Konseling adalah
merupakan suatu ilmu baru bila dibandingkan dengan ilmu-ilmu yang lain pada
umumnya. Bimbingan dan Konseling itu timbulnya sekitar abad ke-20. Gerakan ini
mulai timbul di Amerika Serikat yang di pelopori oleh Frank Parson dan Jhon Brewer.
Pada mulanya pada mulanya bimbingan yang
ada adalah bimbingan karier.
2. Perkembangan Bimbingan dan Konseling di Indonesia
Hasil
Konferensi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (disingkat FKIP, yang kemudian
menjadi IKIP) di Malang tanggal 20 – 24 Agustus 1960.
Perkembangan berikutnya tahun 1964 IKIP Bandung dan
IKIP Malang mendirikan jurusan Bimbingan dan Penyuluhan. Tahun 1971 beridiri
Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) pada delapan IKIP yaitu IKIP Padang,
IKIP Jakarta, IKIP Bandung, IKIP Yogyakarta, IKIP
Semarang, IKIP Surabaya, IKIP Malang, dan IKIP Menado.
Melalui proyek ini Bimbingan dan Penyuluhan dikembangkan, juga berhasil disusun
“Pola Dasar Rencana dan Pengembangan Bimbingan dan Penyuluhan “pada PPSP.
Pada tahun
1975 BP masuk pada kurikulum Sekolah
Menengah Atas(SMA) di Indonesia didalamnya memuat Pedoman Bimbingan dan
Penyuluhan.
Selanjutnya
Tahun 1978 diselenggarakan program PGSLP dan PGSLA
Bimbingan dan Penyuluhan di IKIP (setingkat D2 atau D3) untuk mengisi jabatan
Guru Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah yang sampai saat itu belum ada jatah
pengangkatan guru BP dari tamatan S1 Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan.
Pengangkatan Guru Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah mulai diadakan sejak
adanya PGSLP dan PGSLA Bimbingan dan Penyuluhan.
Keberadaan
Bimbingan dan Penyuluhan secara legal formal diakui tahun 1989 dengan lahirnya
SK Menpan No 026/Menpan/1989 tentang Angka Kredit bagi Jabatan Guru dalam
lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (P dan K). Di dalam Kepmen
tersebut ditetapkan secara resmi adanya kegiatan pelayanan bimbingan dan
penyuluhan di sekolah.
Akan tetapi
pelaksanaan di sekolah masih belum jelas seperti pemikiran awal untuk mendukung
misi sekolah dan membantu peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan
mereka. Sampai tahun 1993 pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah tidak
jelas, parahnya lagi pengguna terutama orang tua murid berpandangan kurang
bersahabat dengan BP. Muncul anggapan bahwa anak yang ke BP identik dengan anak
yang bermasalah, kalau orang tua murid diundang ke sekolah oleh guru BP dibenak
orang tua terpikir bahwa anaknya di sekolah mesti bermasalah atau ada masalah.
Hingga
kemudian lahirnya SK Menpan No. 83/1993 tentang Jabatan Fungsional Guru dan
Angka Kreditnya yang di dalamnya termuat aturan tentang Bimbingan dan Konseling
di sekolah.
Ketentuan
pokok dalam SK Menpan itu dijabarkan lebih lanjut melalui SK Mendikbud No
025/1995 sebagai petunjuk pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka
Kreditnya. Di Dalam SK Mendikbud ini istilah Bimbingan dan Penyuluhan diganti
menjadi Bimbingan dan Konseling di sekolah dan dilaksanakan oleh Guru
Pembimbing. Di sinilah pola pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di sekolah
mulai jelas.
Perkembangan
sejarah organisasi bimbingan dan konseling dari IPBI (Ikatan Petugas Bimbingan)
dan menjadi ABKIN (Asosiasi Bimbingan Konseling Indonesia) ini sebagai
organisasi profesi yang telah berperan besar terhadap perkembngan bimbingn dan
konseling di Indonesia kini sudah berusia 40-an tahun.
Pada tahun
1990-an berikutnya IPBI sebagai organisasi profesi ikut bertanggungjawab atas
keberadaan profesi konseling dan mutu pelayanannya. Saat ini dilakukan
konsolidasi baik dari segi keilmuan, para pelaksana, atau pelaksanaanya menjadi
satu kesatuan sosok organisasi yang utuh dan berwibawa.
Prayitno (2003) mencatat
sebagai butir-butir yang menandai periode ini :
1. diubah secara resmi sebutan penyuluhan
menjadi konseling,
2. pelayanan BK hanya dilaksanakan oleh guru
pembimbing yang secara khusus di tugasi untuk itu,
3. mulai diselenggarakan penataran dan
pelatihan (nasional atau daerah) untuk guru-guru pembimbing,
4. adanya formasi pengangkatan menjadi guru
pembimbing,
5. pola pelayanan BK di sekolah dikemas dalam
Pola BK 17 Plus,
6. terbentuk pengawasan bidang BK.
Berdasarkan
SK Menpan No.84/1993, SK Mendikbud No. 025/O/1995 dan SK Menpan No.116/1995
dalam upaya konsolidasi tersebut, melahirkan juga berbagai buku Seri Pemanduan
Pelaksanaan BK di Sekolah (SPP-BK) untuk SD,SLTP, SMU dan SMK. Dan lebih jauh
lagi IPBI memprakarsai pengembangan sejumlah panduan yang lebih bersifat
oprasional teknis dalam pelaksanaan BK di sekolah (Penyusunan Program BK di
sekolah, Pen jurusan Siswa, Bimbinngan Teman Sebaya , Bimbingan kelompok
Belajar, Pelayanan Hasil Layanan BK, dan Manajemen BK di Sekolah), yang
dilengkapi dengan pengembangan alat ungkap masalah dan instrumen lainnya
berbasis komputer.
Sedangkan
dari segi layanan tidak hanya berfokus pada setting sekolah, tetapi mencakup
masyarakat luas, sesuai dengan jangkauan dan kondisi serta tuntutan masyarakat
akan pelayanan profesional BK. Dalam arti profesi BK tetap konsisten menyumbang
pada kebahagiaan individu dan kelompok anggota masyarakat.
Di lain
pihak, organisasi profesi tetap mengupayakan kegiatan peningkatan
profesionalitas anggotanya dengan pertemuan secara periodik berupa konvrensi
dan kongres.
Tonggak
sejarah penting terjadi waktu Kongres XI
di Lampung pada tahun 2001 nama organisasi profesi ini dari IPBI berganti
nama menjadi ABKIN. Organisasi profesi ini semakin berkembang semakin besar sejalan
dengan perkembangan zaman.
Menurut Sunaryo K,(2003) ada dua sisi besar
yang memberi warna terhadap arah perkembangan organisasi :
·
Pertama
: kondisi objektif kehidupan global dan teknologi informasi yang memunculkan
masyarakat berbasis pengetahuan dan masyarakat belajar, belajar sebagai proses
sepanjang dan sejagat hayat.
·
Kedua
: pengakuan legal atau profesi bimbingan dan konseling yang secara formal
dinyatakan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional di mana konselor
diakui sebagai salah satu ragam tenaga pendidik.
Dijelaskan
selanjutnya bahwa sisi pertama mendorong pergeseran konseling ke arah konseling
sepanjang hayat, dalam ragam setting, dalm konteks keterpaduan hidup, belajar,
dan bekerja, dan aksesibilitas yang tak terbatas.
Sisi kedua
memperkuat keharusan standarisasi profesi yang di perlukan untuk memenuhi
layanan profesional sesuai dengan pergeseran yang terjadi. Standarisasi profesi
menjadi isu sentral dalam penentuan kenijakan dan arah pengembangan bimbingan
dan konseling di Indonesia.
ABKIN
sebagai organisasi profesi bertanggung jawab dalam mengembangkan dan menetapkan
standar profesi dan layanan profesi, bermitra dengan perguruan tinggi dalam
mendidik dan menyiapkan tenaga konselor yang profesional, mengembangkan networking dalam membangun dan
memperkokoh kepercayaan dan rekognisi masyarakat terhadap profesi konselor, dan mendorong para pengambil
kebijakan untuk mengembangkan sumber daya manusia bimbingan dan konseling ke
arah standar profesi yang ditetapkan.
Sementara itu, Prayitno (2003) mengembangkan perangkat dari pelayanan BK di
sekolah, yang memang telah tersedia, baik berupa peraturan, panduan, pola
layanan, maupun instrumen, namun permasalahan yang berkenaan dengan SDM kiranya lebih sulit untuk
dikonsolidasi.
3. Macam-macam Bimbingan dan Konseling
Dalam
perkembangan sejarahnya bimbingan dan
konseling pada awalnya hanya terbatas pada bimbingan jabatan saja atau
bimbingan karier misalnya pada Job Slection dan Job
Training awalnya bimbingan.
Maka dalam
cara ini efisien dalam pekerjaan dapat dicapai penempatan orang sesuai dengan
kemampuannya sehingga persoalan-persoalan atau kesulitan yang berhubungan
dengan pekerjaan dapat dihindarkan.
Selain dari bimbingan di atas ada pula
bimbingan-bimbingan yang lain, umpamanya bimbingan tentang pendidikan yang
disebut Educational Guidance. Kenyataanya sejarah menujukkan bahwa
sejahteranya seseorang tidak hanya tergantung pada sesuai atau tidaknya
kedudukan atau jabatannya, tidak hanya hanya kependidikannya tetapi juga
tergantung pada kepribadian seseorang.
Banyaknya timbul masalah seringkali diakibatkan dari
ulah pribadi seseorang . Maka oleh sebab itu timbulah personal guidance (Bimbingan
Pribadi).
0 komentar:
Posting Komentar