KOGNISI & EMOSI
I.
PENDAHULUAN
Setiap pengalaman, perilaku dan individu ditanggapi
dengan dua cara oleh seorang ahli psikologi. Ia dapat menelaah pengalaman atai
kelakuan secara tersendiri, sebagai suatu pengalaman atau peristiwa unik dan
aneh, yaitu sebagai sesuatu yang berlainan dari segala pengalaman, perorangan,
atau perilaku di seluruh muka bumi. Atau ia dapat pula menanggapinya sebagai
sesuatu yang bukan unik, namun sebagai contoh atau wakil dari salah satu
golongan, kategori, atau rubrik pengalaman.
Memahami bahwa manusia lebih sering bertindak berdasarkan
emosi daripada logika merupakan satu kebenaran dalam menjalin hubungan antar
manusia yang efektif, baik dengan diri sendiri maupun dengan orang lain, bukan
hanya menyakup penyerapan informasi yang hanya penyerapkan informasi yang hanya
menggunakan bahasa logika, melainkan juga memanfaatkan bahasa emosi. Dalam
komunikasi bahasa antarmanusia, kita bukan hanya berusaha menyerap isi dari
kata yang dibicarak
Dalam makalah ini akan membahas mengenai kognisi dan emosi dalam konseling.
II.
RUMUSAN
MASALAH
A. Pengertian
Kognisi
B. Pengertian
Emosi
III.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kognisi
Kognisi merupakan bagian intelek
yang merujuk pada penerimaan, penafsiran, pemikiran,
pengingatan, penghayalan atau penciptaan, pengambilan keputusan, dan penalaran.
Bagaimana orang memandang
satu kejadian seringkali menentukan reaksi emosi dan kornbinasikognisi
dengan emosi akan menghasilkan respon perilaku. Sebagai konsekuensinya,
walaupun dua orang mengalami kejadian yang sama, mungkin akan memberikan
reaksi yang berbeda
karena kognisi merupakan faktor penting dan mempunyai pengaruh
terhadap perilaku, maka konselor akan terbantu apabila memahami kognisi dan
dinamika dasarnya.
Asumsi kognitif (hipotesis,
keyakinan, konstruk) dibuat oleh orang untuk mengendalikan dan membuat kesan rnengenai hidupnya. Tanpa asumsi
kognitif, setiap rangsangan yang masuk ke
dalam kesadaran, akan menjadi kesan yang tidak diketahui dan akan membuat
kecemasan besar. Asumsi kognitif dapat
benar atau salah dan dapat sesuai atau bertentangan.
Asumsi yang salah hampir
seluruhnya dipelajari, meskipun beberapa teori meyakini bahwa kesalahan asumsi
didasari oleh predisposisi biologis.. Proses pembelajaran yang menyebabkan asumsi
salah diperoleh melalui lima cara yaitu :
1. Melalui
pengalaman langsung, yaitu : pengalaman langsung dialami seseorang dalam
waktutertentu yang kemudian membentuk asumsi salah
2. Terjadi
dengan kejadian seolah-olah mengalami sendiri, yaitu : orang yang menyaksikan
satu kejadian yang dipersepsi seolah-olah mengalaminya sendiri dapat berkembang
menjadi asumsi salah
3. Pengajaran
langsung, yaitu : pengajaran kurang memadai yang diperoleh seseorang dari orang
lain (orang tua, guru, atau pihak lain) dapat berkembang menjadi asumsi salah
4. Logika
simbolik, yaitu : perilaku dalam satu peristiwa tertentu sering dijadikan
sebagai simbol yang secara logis dalam peristiwa lain
5. Miskontruksi
hubungan sebab akibat, yaitu : asumsi salah dapat timbul karena kesalahan dalam
membangun hubungan sebab akibat.
Kognisi dalam konseling dipengaruhi
oleh :
Ø Pengalaman hidup
Ø Keturunan
Ø Karakteristik pribadi
Ø Tumbunya perkembangan kognisi
Tumbunya perkembangan kognisi –perkembangan pola pikir yang digambarkan
pada perkembangan asumsi yang mendasari pola pikir dan pola berperasaan.
Masalah-masalah kognisi (Cognitive problems)
Masalah yang
berkaitan dengan kesulitan memori juga meliputi kemampuan dalam menggunakan
strategi kognitif untuk memecahkan masalah. Istilah kognis digunakan dalam
menggambarkan proses analisis masalah, membuat perencanaan, dan pengaturan yang
diperlukan bagi solusi masalah itu.
Misalnya
anak-anak berkesulitan belajar sering memunculkan sikap di dalam kelas yang
menunjukan kurang kemampuan dalam menganalisis, membuat perencanaan dan
pengaturan suatu masalah. Tugas-tugas sekolah dapat nenunjukan bukti bahwa
mereka mempunyai sifat tergesa-gesadan sangat tidak beraturan. Sebagian siswa
ini nampaknya sangat tidak menyadari pentingnya perencanaan dan pengaturan
tugas yang diberikan kepada mereka untuk diselesaikan di sekolah.
Kesadarannya
yang membentuk strategi dan kemampuan yangdiperlukan bagi keberhasilan tugas
yang harus diselesaikan ini disebut kesadaran metakognisi. Sebagian peneliti
berpendapat tidak adanya kesadaran tersebut merupakan ciri utama sebagian
penyandang kesulitan belajar. Mereka berpendapat bahwa kurangnya akses spontan
terhadap kemampuan ini dan memfungsikannya, beserta kemampuan untuk
mengkoordinasikannya, adalah masalah yang sangat fundamental bagi sebagian anak
penyandang kesulitan belajar.
Pengajaran
kemampuan metakognitif bagi siswa yang tidak bisa mengembangkannya dengan spontan adalah
subyek yang telah menarik minat dan antusias dalam bidang kesulitan belajar.[5]
B. Pengertian Emosi
Emosi pada umumnya berlangsung pada waktu yang relatif
singkat, sehingga emosi berbeda dengan mood. Mood atau suasana hati pada
umumnya berlangsung dalam waktu yang relative lebih lama dari pada emosi,
tetapi intensitasnya kurang dibandingkan dengan emosi. Apabila seseorang
mengalami marah (emosi), maka kemarahan tersebut tidak segera hilang begitu
saja, tetapi masih terus berlangsung dalam jiwa seseorang (ini yang dimaksud
dengan mood) yang akan berperan dalam diri orang yang bersangkutan.[6]
Emosi merupakan keadaan yang ditimbulkan oleh situasi
tertentu (khusus), dan emosi yang cenderung terjadi dalam kaitannya dengan
perilaku yang mengarah (approach) atau yang menyingkiri (avoidance) terhadap
sesuatu, dan perilaku tersebut pada umumnya disertai adanya ekspresi
kejasmanian, sehingga orang lain dapat mengetahui bahwa seseorang sedang
mengalami emosi.
Emosi : kekuatan kejiwaan untuk merasakan sesuatu.
Menurut Rene Descrates (1596-1656) ada ada enam emosi dasar :
ü Ingin
– rindu
ü Benci
– dendam
ü Heran
– ragu
ü Duka
cita
ü Kasih
sayang
ü Riang
gembira
Menurut C.T. Morgan aspek emosi ada 4 :
·
Emosi sangat
erat hubungannya dengan kondisi tubuh, denyut jantung, sirkulasi darah,
pernafasan
·
Emosi ialah
sesuatu yang diekspresikan : tersenyum, tertawa, menangis
·
Emosi ialah
sesuatu yang dirasakan : merasa senang, merasa kecewa
·
Emosi mendorong
seseorang berbuat sesuatu kalau ia beremosi senang, atau mencegahnya berbuat
sesuatu kalau ia tidak senang.
Sedangkan emosionalitas adalah kepekaan rasa dalam
menghayati sesuatu sehingga mudah dipengaruhi kesan dari luar.
Kita menyebut berbagai emosi yang muncul dalam diri kita
dengan berbagai nama seperti sedih, marah, benci, cinta. Sebutan yang kita
berikan kepada perasaan tertentu, mempengaruhi bagaimana kita berpikir mengenai
perasaan itu, dan bagaimana kita bertindak. Umpamanya, seorang ibu yang merasa
sedih bertingkah laku lain dari pada seorang wanita yang merasa gembira.
Emosi adalah suatu kekuatan, kalau kita mampu
mengendalikannya. Emosi bisa merusak, kalau bisa menguasai diri kita. Kemampuan
mengendalikan emosi adalah kekuatan yang siap digali untuk mendapatkan kualitas
hidup yang lebih baik. Adapun kualitas
hidup yang baik selalu dimulai dari diri sendiri, bukan dari orang lain, karena
jauh lebih mudah mengubah diri sendiri dari pada mengubah orang lain.
Ada beberapa teori yang menyoroti emosi. Tidak semua
teori mengenai emosi mempunyai titik pijak yang sama. Ada beberapa titik pijak
yang berbeda yang digunakan untuk mengupas masalah emosi ini. Mengenai
teori-teori tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut :
a. Teori
yang berpijak pada hubungan emosi dengan gejala kejasmanian
b. Teori
yang hanya mencoba mengklasifikasikan dan mendeskripsikan pengalaman emosional
(emotional experiences)
c. Melihat
emosi dalam kaitannya dengan perilaku, dalam hal ini ialah bagaimana
hubungannya dengan motivasi
Emosi kadang-kadang memang sukar untuk diungkapkan dengan
kata-kata. Mungkin juga kita dibesarkan dalam keluarga dimana orang tua dan
anak tidak biasa menyatakan atau membicarakan perasaan. Diantara kita mungkin
ada orang yang sejak kecil sudah diajari bahwa emosi merupakan hal yang sangat
pribadi dan sebaiknya tidak dibicarakan.
Banyak orang memandang emosi seperti rasa marah, rasa
bersalah, rasa malu, iri dan benci sebagai emosi yang jelek. Mereka senang
menyatakan hanya rasa gembira dan rasa cinta, tetapi rasa yang dianggap
“jelek’’ disimpan saja. Hal ini menyebabkan rasa emosi itu bertambah sulit
untuk ditanggung. Karena perasaan itu tidak dinyatakan sukar bagi kita untuk
mengerti bahwa bukan hanya kita sendiri yang mengalami emosi seperti itu,
melainkan setiap orang.
IV.
KESIMPULAN
Kognisi merupakan bagian intelek
yang merujuk pada penerimaan, penafsiran, pemikiran,
pengingatan, penghayalan atau penciptaan, pengambilan keputusan, dan penalaran.
Kognisi
dalam konseling dipengaruhi oleh : pengalaman hidup, keturunan, karakteristik
pribadi, dan tumbunya perkembangan kognisi Tumbunya perkembangan kognisi perkembangan
pola pikir yang digambarkan pada perkembangan asumsi yang mendasari pola pikir
dan pola berperasaan.
Sedangkan emosi merupakan keadaan yang ditimbulkan oleh
situasi tertentu (khusus), dan emosi yang cenderung terjadi dalam kaitannya
dengan perilaku yang mengarah (approach) atau yang menyingkiri (avoidance)
terhadap sesuatu, dan perilaku tersebut pada umumnya disertai adanya ekspresi
kejasmanian, sehingga orang lain dapat mengetahui bahwa seseorang sedang
mengalami emosi.
Emosi adalah kekuatan tanpa batas karena tidak pernah
habis. Kita bisa membuktikan bahwa emosi adalah kekuatan ajaib dengan bertindak
dan mempraktekkannya. Tujuan akhir dari hidup bukanlah pengutahuan, melainkan
tindakan. Kita perlu mewujudkan potensi yang ada di dalam diri kita dengan
tindakan penuh suka cita , kedamaian, kesejahteraan dan kebahagiaan.
0 komentar:
Posting Komentar