A. Pengertian Konseling Kelompok
Konseling kelompok (group counseling) merupakan salah satu bentuk konseling dengan memanfaatkan kelompok untuk membantu, memberi umpan balik (feedback) dan pengalaman belajar.
B. Beberapa Pendekatan Kelompok
- Psikoterapi Kelompok
Psikoterapi
kelompok merupakan bantuan yang diberikan oleh psikoterapis terhadap
klien untuk mengatasi disfungsi kepribadian dan interpersonalnya dengan
menggunakan interaksi emosional dalam kelompok kecil. Karena itu
psikoterapi kelompok lebih memfokuskan pada ketidaksadaran, menangani
pasien yang mengalami gangguan “neurotik” atau problem emosional berat
lain, dan biasanya dilakukan untuk jangka panjang.
- Konseling Kelompok
Konseling
kelompok merupakan kelompok terapeutik yang dilaksanakan untuk membantu
klien mengatasi masalah yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
Konseling kelompok mengatasi klien dalam keadaan normal, yaitu tidak
sedang mengalami gangguan funsi-fungsi kepribadian. Pada umumnya
konseling diselenggarakn untuk jangka pendek atau menengah.
- Kelompok Latihan dan Pengembangan
Kelompok
latihan dan pengembangan merupakan pendidikan kesehatan mental dan
bukan kelompok terapeutik. Tujuannya secara umum bersifat antisipatif
dan pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya hambatan jika hal tersebut
benar-benar alami.
- Diskusi Kelompok Terfokus
Diskusi kelompok terfokus (focus group discusion)
merupakan kegiatan diskusi, tukar pikran beberapa orang mengenai
topik-topik khusus yang telah disepakati oleh anggota kelompok. Peserta
diskusi tidak harus memiliki masalah sebagaimana topik yang dibicarakan,
tetapi ada minat untuk partisipasi dalam diskusi.
- Self-help
Self-help
merupakan forum kelompok yang dijalankan oleh beberapa orang (sekitar
4-8 orang) yang mengalami masalah yang sama, dan mereka berkeinginan
untuk saling tukar pikiran dan pengalaman sehubungan dengan cara
mengatasi masalah yang dihadapi, dan cara mengembangkan potensinya
secara optimal. Kelompok ini misalnya untuk kalangan alkoholik yang
berkeinginan menghentikan kebiasannya, orang tua tanpa parner, dan
sebagainya.
C. Tujuan Konseling
Konseling
kelompok berfokus pada usaha membantu klien dalam melangkah melakukan
perubahan dengan menaruh perhatian pada perkembangan dan penyesuaian
sehari-hari, misalnya modifikasi tingkah laku, pengembangan keterampilan
hubungan personal, nilai, sikap atau membuat keputusan karier (Gibson
dan Mitchell, 1981).
Tujuan
konseling kelompok pada dasarnya dibedakan menjadi dua, yaitu tujuan
teoritis dan tujuan operasional. Tujuan teoritis berkaitan dengan tujuan
yang secara umum dicapai melalui proses konseling, sedangkan tujuan
operasional disesuaikan dengan harapan klien dan masalah yang dihadapi
klien, kemudian dirumusakn secara bersama-sama antara klien dengan
konselor (Pietrofesa dkk., 1978).
D. Manfaat dan Keterbatasan Konseling Kelompok
Pendekatan
kelompok dikembangkan dalam proses konseling didasarkan atas
pertimbangan bahwa pada dasarnya kelompok dapat pula membantu memecahkan
individu atau sejumlah individu yang bermasalah. Wiener mengatakan
bahwa interaksi kelompok memiliki pengaruh positif untuk kehidupan
individual karena kelompok dapat dijadikan sebagai media terapeutik.
Menurutnya interaksi kelompok dapat meningkatkan pemahaman diri dan baik
untuk perubahan tingkah laku individual.
Selain
itu terdapat berbagai keuntungan memanfaatkan kelompok sebagai proses
belajar dan upaya membantu klien dalam pemecahan masalahnya antara lain:
1. Efisien. Konselor dapat menyediakan layanan untuk klien dalam jumlah yang banyak.
2. Konseling kelompok menyediakan konteks interpersonal sosial.
3. Klien memiliki kesempatan untuk mempraktekkan tingkah laku yang baru.
4. Memungkinkan
klien untuk menempatkan permasalahan mereka dalam perspektif dan untuk
memahami bagaimana persamaan dan perbedaannya satu sama lain.
5. Klien membentuk sistem yang mendukung untuk satu sama lain.
6. Klien dapat mempelajari kemampuan komunikasi interpersonal.
7. Klien diberi kesempatan untuk memberikan bantuan sebanding dengan ia menerima bantuan.
Namun
demikian berbagai keuntungan itu tidak selalu diperolehnya, bergantung
kepada ketepatan pemberian respon, kemampuan konselor mengelola
kelompok, kesediaan klien mengikuti proses kelompok, kepercayaan klien
kepada seluruh pihak yang terlibat dalam proses konseling.
Selain
faktor-faktor keunggulan di atas, konseling kelompok juga memiliki
beberapa keterbatasan. Secara singkat keterbatasan konseling kelompok
sebagai berikut:
1. Setiap klien perlu berpengalaman konseling individual, baru bersedia memasuki konseling kelompok.
2. Konselor
akan menghadapi masalah lebih kompleks pada konseling kelompok dan
konselor secara spontan harus dapat memberi perhatian kepada setiap
klien.
3. Kelompok dapat berhenti karena masalah “proses kelompok”.
4. Kekurangan
informasi individu yang mana yang lebih baik ditangani dengan konseling
kelompok dan yang mana yang sebaiknya ditangani dengan konseling
individual.
5. Seseorang
sulit percaya kepada anggota kelompok, akhirnya perasaan, sikap, nilai,
dan tingkah laku tidak dapat di”bawa” ke situasi kelompok.
Jika dilihat dari sisi kliennya konseling kelompok tidak cocok untuk klien yang karakteristiknya sebagai berikut:
1. Dalam keadaan kritis.
2. Menganggap masalahnya bersifat konfidensial dan penting untuk dilindungi.
3. Sedang dalam penginterpretasian tes yang dihubungkan dengan self-concept.
4. Memiliki ketakutan bicara yang luar biasa.
5. Benar-benar tidak efektif dalam keterampilan berhubungan interpersonal.
6. Memiliki kesadaran yang sangat terbatas.
7. Klien mengalami penyimpangan seksual.
8. Klien membutuhkan perhatian yang sangat besar dan terlalu besar jika diselenggarakan dalam bentuk konseling kelompok.
E. Struktur dalam Konseling Kelompok
Konseling
kelompok memiliki struktur yang sama dengan terapi kelompok pada
umumnya. Struktur kelompok yang dimaksud menyangkut orang yang terlibat
dalam kelompok, jumlah orang yang menjadi partisipan, banyak waktu yang
diperlukan bagi suatu terapi kelompok, dan sifat kelompok (Corey, 1995;
Gazda, 1989; Ohlen, 1977; dan Yalom, 1975).
1. Jumlah Anggota Kelompok
Sebagaimana
terapi kelompok interaktif, konseling kelompok umumnya beranggota
berkisar antara 4 sampai 12 orang. Berdasarkan hasil berbagai
penelitian, jumlah anggota kelompok yang kurang dari 4 orang tidak
efektif karena dinamika kelompok menjadi kurang hidup. Sebaliknya jika
jumlah klien melebihi 12 orang adalah terlalu besar untuk konseling
karena terlalu berat dalam mengelola kelompok (Yalom, 1975).
Untuk
menetapkan jumlah klien yang dapat berpartisispasi dalam konseling
kelompok dapat ditetapkan berdasarkan kemampuan konselor dan
pertimbangan efektivitas proses konseling. Jika jumlah klien dipandang
besar dan membutuhkan pengelolaan yang lebih baik, konselor dapat
dibantu oleh ko-konselor.
2. Homogenitas Kelompok
Sebagian
konseling kelompok dibuat homogen dari segi jenis kelamin, jenis
masalah dan gangguan, kelompok usia, dan sebagainya. Penentuan
homogenitas keanggotaan ini disesuaikan dengan keperluan dan kemampuan
konselor dalam mengelola konseling kelompok (Kaplan dan Sadock, 1971).
3. Sifat Kelompok
Sifat
kelompok dapat terbuka dan tertutup. Terbuka jika pada suatu saat dapat
menerima anggota baru, dan dikatakan tertutup jika keanggotaanya tidak
memungkinkan adanya anggota baru. Pertimbangan penggunaan keanggotaan
terbuka dan tertutup bergantung kepada keperluan.
Kelompok
terbuka maupun tertutup terdapat keuntungan dan kerugiannya. Sifat
kelompok adalah terbuka maka setiap saat kelompok dapat menerima anggota
baru sampai batas yang dianggap cukup. Namun demikian adanya anggota
baru dalam kelompok akan menyulitkan pembentukan kohesivitas anggota
kelompok.
Konseling
kelompok yang menerapkan anggota tetap dapat lebih mudah membentuk dan
memelihara kohensivitasnya. Tetapi jika terdapat anggota kelompok yang
keluar, dengan sistem keanggotaan demikian tidak dapat ditambahkan lagi
dan harus menjalankan konseling berapa pun jumlah anggotanya.
4. Waktu Pelaksanaan
Lama waktu penyelenggaraan konseling kelompok sangat bergantung kepada kompleksitas permasalahan yang
dihadapi kelompok. Secara umum konseling kelompok yang bersifat jangka
pendek (short term group counseling) membutuhkan waktu pertemuan antara 8
samapi 20 pertemuan, dengan frekuensi pertemuan antara satu sampai tiga
kali dalam seminggunya, dan durasinya antara 60 sampai 90 menit setiap
pertemuan.
Durasi
pertemuan konseling kelompok pada prinsipnya sangat ditentukan oleh
situasi dan kondisi anggota kelompok. Konseling tidak dapat disesesaikan
dengan memperpanjang durasi pertemuan, tetapi pada proses pembelajaran
selama proses konseling.
Konseling
kelompok umumnya diselenggarakan satu hingga dua kali dalam seminggu.
Penyelenggaraanya dengan interval yang lebih sering akan mengurangi
penyerapan dari informasi dan umpan balik yang didapatkan selama proses
konseling. Jika terlalu jarang, misalnya satu dalam dua minggu, banyak
informasi dan umpan balik yang dapat dilupakan.
F. Tahapan Konseling Kelompok
Konseling kelompok dilaksanakan secara bertahap terdapat enam tahap dalam konseling kelompok, yaitu:
1. Pra konseling: pembentukan kelompok.
Tahap
ini merupakan tahap persiapan konseling kelompok. Pada tahap ini
terutama pembentukan kelompok, yang dilakukan dengan seleksi anggota dan
menawarkan program kepada calon peserta konseling sekaligus membangun
harapan kepada calon peserta.
2. Tahap 1: tahap permulaan (Orientasi dan eksplorasi)
Pada
tahap ini mulai menentukan struktur kelompok, mengeksplorasi harapan
anggota, anggota mulai belajar fungsi kelompok, sekaligus mulai
menegaskan tujuan kelompok.
3. Tahap 2: tahap transisi
Pada
tahap ini diharapkan masalah yang dihadapi masing-masing klien
dirumuskan dan diketahui apa sebab-sebabnya. Anggota kelompok mulai
terbuka, tetapi sering terjadi pada fase ini justru terjadi kecemasan,
resistensi, konflik, dan bahkan ambivalensi tentang keanggotaannya dalam
kelompok atau enggan jika harus membuka diri.
4. Tahap 3: tahap kerja-kohesi dan produktivitas
Jika
masalah yang dihadapi oleh masing-masing anggota kelompok diketahui,
langkah berikutnya adalah menyusun rencana-rencana tindakan. Penyusunan
tindakan ini disebut pula produktivitas. Kegiatan konseling kelompok
terjadi yang ditandai dengan membuka diri lebih besar, menghilangkan
defensifnya, terjadinya konfrontasi antar anggota kelompok, modeling,
belajar perilaku baru, terjadi tranferensi, kohesifitas mulai terbentuk,
mulai belajar bertanggung jawab, tidak lagi mengalami kebingungan.
5. Tahap 4: tahap akhir (Konsolidasi dan terminasi)
Anggota
kelompok mulai mencoba melakukan perubahan-perubahan tingkah laku dalam
kelompok. Setiap anggota kelompok memberi umpan balik terhadap yang
dilakukan oleh anggota yang lain. Umpan balik ini sangat berguna untuk
perbaikan (jika diperlukan) dan dilanjutkan dan diterapkan dalam
kehidupan klien jika dipandang telah memadai. Karena itu implementasi
ini berarti melakukan pelatihan dan perubahan dalam skala yang terbatas.
6. Setelah konseling: Tindak lanjut dan evaluasi
setelah
berselang beberapa waktu, konseling kelompok perlu dievaluasi. Tindak
lanjut dilakukan jika ternyata ada kendala-kendala dalam pelaksanaan di
lapangan. Mungkin diperlukan upaya perbaikan terhadap rencana-rencana
semula atau perbaikan terhadap cara pelaksanaannya.
G. Konselor, Ko-Konselor, dan Klien
Dalam proses konseling kelompok ada beberapa pihak yang terlibat,
1. Konselor
Konselor dalam konseling kelompok berperan sebagai
pemimpin kelompok. Tugas konelor dalam pemimpin kelompok adalah
melakukan pemeliharaan, pemrosesan, penyaluran dan arahan. Sekalipun
tuga utama mereka adalah melakukan pemeliharaan, pemrosesan, penyaluran
dan arahan, tetapi cara penerapannya perlu mempertimbangkan situasinya.
2. Ko-Konselor
Adalah
orang yang membantu konselor menjalankan perannya sebagai pimpinan
kelompok. Ko-konselor ini jika ada harus berperan secara tepat.
Kesalahan peran dapat menghambat proses konseling. Ko-konselor harus
dapat bekerja sama dengan konselor untuk kepentingan klien.
3. Klien
Klien
adalah anggota kelompok. Anggota kelompok pada dasarnya sebagai agen
penolong bagi anggota yang lain. Peran anggota kelompok adalah sebagai
berikut:
a. Membantu terbinanya suasana keakraban dalam hubungan antar anggota kelompok.
b. Mencurahkan segenap perasaan dan melibatkan diri dalam kegiatan kelompok.
c. Berusaha agar apa yang dilakukannya itu membantu tercapainya tujuan bersama.
d. Membantu tersusunnya aturan kelompok dan berusaha mematuhinya.
e. Berusaha secara aktif ikut serta dalam seluruh kegiatan kelompok.
f. Berkomunikasi secara terbuka.
g. Berusaha membantu anggota lain.
h. Memberi kesempatan kepada anggota lain untuk menjalankan perannya.
i. Menyadari pentingnya kegiatan kelompok.
Kelangsungan
masing-masing pihak dapat menjalankan perannya dengan baik, dipengaruhi
oleh beberapa faktor di antaranya: harapan dan kesediaan mengikuti
program, merasa ada manfaat atau hasil yang diperoleh pada sesi-sesi
yang dilalui, ada kemampuan individu dalam keterlibatannya di kelompok.
Kemampuan konseling juga dapat mempengaruhi apakah anggota kelompok
berperan secara baik atau tidak.
H. Proses Kelompok dan Perilaku Anggota
Proses
kelompok dimaksudkan sebagai gambaran tentang interaksi yang terjadi
dan teramati di antara anggota dalam aktivitas konseling kelompok.
Sejalan dengan tahapan-tahapannya, konseling kelompok diharapkan dapat
tumbuh dan berkembang terutama dari segi interaksi anggota satu sama
lainnya. Biasanya dalam proses kelompok secara bertahap akan terjadi
kohesivitas, partisipasi, interaksi interpersonal di antara anggota.
Dalam konseling kelompok proses-proses tersebut terjadi kalau terbentuk
saling percaya di antara mereka berkat iklim yang dibangun oleh
konselor.
I. Interaksi dalam Kelompok
Interaksi
dalam kelompok sebenarnya sangat beragam polanya. Interaksi dapat
terjadi apabila seorang memberi perhatian pada anggota kelompok, seorang
anggota perhatian pada seorang anggota kelompok lain, setiap anggota
kelompok saling memberi perhatian, dan sebagainya.
Dalam
konseling kelompok yang dikembangkan adalah dinamika di mana konselor
memberi perhatian kepada semua kliennya, demikian pula setiap anggota
kelompok saling memberi perhatian satu sama lain. Dengan demikian pola
hubungan yang diciptakan adalah hubungan yang setara sesama klien dan
konselornya membantu dalam mengelola dinamika kelompok.
0 komentar:
Posting Komentar